MEYAKINKAN CALON PEMBELI DENGAN KATA-KATA
Daftar isi [Tampil]
Tahukah Anda, bahwa ada sebuah rahasia yang selama ini tersimpan bertahun-tahun lamanya. Untuk anda saya akan bagikan kepada Anda. Inilah rahasianya Siap ya.... jreng..jreng..
Fakta mengatakan bahwa di dunia ini ada orang-orang yang jago sekali dalam hal penjualan, banyak menghasilkan calon prospek, dan akhirnya closing bertubi-tubi. Tahukah Anda siapa mereka?
Mereka adalah orang yang memiliki kemampuan di bidang: TULISAN dan DESAIN.
Coba renungkan dan resapi, benar atau tidak, ya? Sekarang lihat ke sekeliling Anda. Jika Anda sedang membuka media social, siapakah yang banyak penjualannya di Instagram? Orang-orang dengan desain yang ciamik dan kata-kata yang membius.
Anda bisa lihat juga mastah-mastah yang copywritingnya mampu membuat ratusan bahkan ribuan orang menshare apa yang dia tuliskan, padahal di dalamnya ada link jualan yang berimbas pada penjualannya yang makin laris dan makin ciamik.
“Mas, saya tidak pintar desain. Ribet banget dah, ah! Belajar photosop. Belajar corel. Kudu ngeliat orang dari berbagai angel. Udah gitu kudu paham filosofi warna. Harus ngerti perpaduan bentuk. Terus syarat eye catching, degradasi dan vector dan lain sebagainya. Pucing pala ebi, Mas....”
Ya sudah kalau memang susah. Kita pelajari saja bagaimana cara merangkai kata-kata. Kita bisa melihat kok, bahwa mereka yang banyak closing, banyak penjualan, dipengaruhi juga dari kelihaiannya meyakinkan pembeli hanya dengan kata-kata.
Melalui materi ini, saya ingin mengajarkan Anda bahwa meyakinkan pembeli dengan kata-kata juga bisa Anda lakukan ketika Anda banyak belajar dan berlatih.
1. Pahami Anatomi Kata-kata
Yuk, kita masuk ke pembahasan pertama. Untuk menemukan sebuah “Winning Writing” atau tulisan yang paling bagus, anda perlu mengetahui anatomi kata-kata yang bisa membuat pembeli semakin yakin, semakin yakin, dan semakin yakin ketika calon pembeli terus membaca tulisan Anda.
Nah, untuk membuat tulisan seperti itu, apa yang perlu kita lakukan? Yang pertama kita harus pahami bahwa yang namanya pembeli, apalagi orang Indonesia, sangat suka untuk di ceritain. Oleh karena itu, jangan sampai kita langsung masuk ke dalam penawaran dan berharap terjadi penjualan.
Jangan jual produkmu, tetapi ceritakan bisnismu
Ada yang bisa menangkap esensi dari pernyataan di atas? Orang lebih suka diceritain karena memang waktu kecil di sadari ada istilah sebelum kita tidur, dinina bobokan dengan dongeng, entah itu dongeng dari Indonesia atau cerita-cerita lain. Lagi pula, orang tidak suka dijualin.
Kalau orang diceritain, dia seperti dibuat senang terlebih dahulu dengan jalan cerita yang kita buat. Tapi kalau orang dijualin, kira-kira yang ada di dalam pikirannya seperti apa? Mungkin ia akan berpikir sedang “dimanfaatkan” untuk membeli sesuatu atau mengeluarkan uang. Jadi, persepsinya sudah jauh berbeda.
Mulailah dengan bercerita dan akhirilah dengan kebahagiaan. Bisa jadi tiba-tiba orang yang membacanya akan membeli, bahkan memborong produkmu. Coba deh, baca ilustrasi di bawah ini.
Cerita 1
Penjual : “Silakan, Bu, hijabnya….”
Pembeli : “Berapaan nih, Mbak?”
Penjual : “80 ribu untuk satuan. 60 ribu untuk kodian.”
Pembeli : “Bahannya apa, Mbak?”
Penjual : “Bahan wolly crep.”
Pembeli : “Kalau yang itu?”
Penjual : “Oh, itu bahan toyobo, Ibu.”
Pembeli : “Kalau yang motif itu?”
Penjual : “Oh, yang katun jepang itu?”
Pembeli : “iya, yang itu.”
Penjual : “Oh, yang katun Jepang 100ribu untuk satuan. 80ribu untuk kodian.”
Pembeli : “Saya tanya suami dulu, deh!”
Penjual : #GigitHijab
Cerita 2
Penjual : “Lagi sibuk apa sekarang, Bu?”
Pembeli : “Biasa, Mbak, lagi sibuk ngurusin bisnis hijab aja.”
Penjual : “Ih…, keren banget. Bisnis hijab emang bisnis yang besar marketnya.”
Pembeli : “Hehe, tahu saja, Mbak. Makanya saya masuk ke market hiijab.”
Penjual : “Ibu bisnis hijab apa? Bergo? Pashmina? Paris?”
Pembeli : “Hampir semua, Mbak. Makanya saya ke sini mau belanja.”
Penjual : “Wah mantap, Bu. Apa yang Ibu perlu? Biar saya siapkan.”
Pembeli : “Nih, Mbak. Saya sudah bikin listnya.”
Penjual : “Baik, Bu. Silakan duduk manis di sini. Ini teh botolnya. Silakan majalahnya. Saya setelkan channel yang Ibu suka. Pesanan sebanyak ini, 15 menit sudah selesai.”
Pembeli : “Wah asik banget ya, Mbak. Di tempat lain saya nggak dapat pelayanan kayak gini.”
Penjual : “Sudah standar kami, Bu. Oh iya, di sini banyak juga, lho yang belanja selain hijab, belanja gamis juga. Koko anak dan sarimbit dewasa juga ada. Biasanya pada beli yang motifnya biru dongker sama abu.”
Pembeli : “Wah, saya mau juga dong, Mbak! Sekalian, ya! Masing-masing satu kodi.”
Penjual : “Baik, Bu. Saya nggak jualan, ya! Cuma cerita aja kalau produk-produk itu memang best seller.”
Pembeli : “Hehe, saya juga nggak merasa dipaksa buat beli, kok. Malah senang kalau direkomendasikan produk apa yang lagi laku. Biar saya juga bisa ikutan jualan.”
Penjual : “Baik, Bu. Sip. Pesanan Ibu semuanya udah diberesin. Kuli panggulnya sudah siap.”
Pembeli : “Wah, cepat sekali.”
Penjual : “Kami sangat menghargai waktu konsumen yang begitu berharga.”
Pembeli : “Ckckck. Puas banget saya. Mbak, ada nomor Whatsapp? Saya mau dong diinfo kalau memang ada barang baru. Tolong saya diinfo, ya kalau ada yang lagi tren.”
Penjual : “Baik, Bu. Ini nomor saya. 081xxxxxxxxx. Kalau boleh, saya minta nomor Ibu juga ya, biar saya simpan.”
Pembeli : “Saya telepon, ya.”
Penjual : “Sudah masuk nomornya, Bu. Saya simpan. Pembelian berikutnya, kami kasih diskon 15%, ya, kalau Ibu belanja minimal 50 juta. Kami bisa berikan juga free ongkir sampai ke lokasi Ibu.”
Pembeli : “Benar-benar, deh. Menantu idaman. Hehehe….”
Penjual : “Sayang saya sudah menikah, Bu. Kami tunggu belanjanya kembali, ya. Terima kasih.”
Pembeli : “Makasih banyak, yaaa....”
Coba lihat perbedaan dari 2 percakapan di atas. Mana yang menurut Anda, dengan kata-kata yang baik dapat meyakinkan calon pembeli sehingga mereka mau membeli, bahkan mau membeli berulang dan bisa jadi membawa leads/prospek/calon pembeli selanjutnya? Hal seperti inilah yang menjadi alasan mengapa Anda tidak saya rekomendasikan untuk terus berjualan.
Contoh di atas menggambarkan bagaimana seseorang sebenarnya hanya dengan diceritain sudah cukup untuk membuatnya yakin. Tidak perlu hardselling, mereka akan mulai memiliki ketertarikkan terhadap produk Anda dan akhirnya terjadi transaksi.
Setidaknya ada 3 ciri calon pembeli mulai yakin dengan Anda dan mengubah keraguannya menjadi orderan:
1. Antusias (gerakan tubuh mulai mengikuti, pemilihan kata mulai sama/mirroring, tatapan mata fokus dan manggut-manggut tanpa rejection atau penolakan).
2. Banyak bertanya (terkait dengan produk, seperti stok, warna, jenis, harga, cara pakai, skema pembayaran, pengiriman).
3. Menegaskan bahwa Anda adalah penjual yang terbaik menurutnya (mulai tertarik dengan obrolan, menghubungi Anda untuk menanyakan stok dan mulai menjadi langganan Anda).
2. “Hipnotis” Pembeli dengan Kata-kata Kita.
Lalu, adakah cara “menghipnotis” pembeli agar mereka mau membeli hanya dengan kata-kata kita? Kalau yang jualan Rommy Rafael atau Deddy Corbuzier mungkin bisa jadi. Tapi kayanya sekelas pak Tarno sim salabim jadi apa prok..prok..prok.. juga bisa, asal tahu caranya. Hahaha…
Tahukah Anda, bahwa ada cara lain untuk meyakinkan pembeli dengan kata-kata bahkan tanpa kita yang harus berkata-kata. Wuidiihhh.. Sakti Alamsyah, eh, sakti amat ya?!
Yess. Ini jurus pamungkas yang menurut riset membuat 88% calon pembeli akhirnya membeli dari Anda tanpa perlu Anda cuap-cuap hingga berbusa, hihi….
Tahukah Anda, bahwa ada ungkapan yang mengatakan bahwa “Keramaian akan memancing keramaian”? Ketika Anda sadar betul bahwa keramaian akan memancing keramaian, produk yang ngangenin atau jasa yang pelayanannya baik selalu menjadi kunci utama.
Mengapa akhirnya produk atau jasa mampu menjual dirinya sendiri? Karena di sana ada sesuatu yang dapat mempengaruhi orang lain yang disebut dengan testimoni. Lalu, bagaimana caranya biar kita bisa mendapatkan testimoni?
Testimoni terbaik adalah testimoni yang hadir tanpa perlu kita minta. Itu paling bagus. Testimoni ini datangnya dari pembeli yang puas dengan produk kita. Ini paling powerfull. Paling bagus.
Tidak sedikit di luar sana membuat testimoni seperti sebuah pesanan. Testimoninya pada bagus-bagus, eh, pas kita yang coba ternyata tidak ada efeknya. Di situ kadang saya merasa sedih. “Mas, Mas, bagaimana caranya dapat testimoni pelanggan?”
1. Mintalah selalu feedback orang-orang yang membeli produk Anda. Jadikan hal ini sebagai SOP aftersales atau purna jual Anda.
Contoh:
Penjual : “Mbak, apa barang yang kami kirim sudah sampai?”
Pembeli : “Alhamdulillah, sudah sampai. Makasih ya Mbak, responnya cepat sekali.”
Penjual : “Iya, Mbak, sama-sama. Apakah ada sesuatu yang mengganggu?’
Pembeli : “Nggak ada, sih. Produknya enak banget dipakainya, kok. Saya senang banget”
2. Tampilkan testimoni di beberapa tempat atau media sosial yang Anda miliki untuk memancing testimoni dari yang lain. Ketika Anda mendapatkan testimoni yang baik, update di status media sosial Anda. Bisa jadi, saat di kolom komentar, ada pembeli lain juga yang merasa puas dengan produk Anda tadi sehingga dia akan terpancing untuk memberikan testimoni juga.
3. Sesekali, Anda boleh meminta testimoni kepada pelanggan, dengan syarat ia akan memberikannya dengan sukarela dan tanpa adanya rekayasa.
Mudah-mudahan share kali ini ada manfaatnya kalau tidak ada baiknya mohon jangan diambil. demikianlah postingan tentang MEYAKINKAN CALON PEMBELI DENGAN KATA-KATA yang bisa saya sampaikan semoga bisa menambah pengetahuan anda, mungkin ada tambahan dari kamu sekalian? kalau ada silahkan isi di kolom komentar jangan lupa juga berikan sebuah saran .
Posting Komentar untuk "MEYAKINKAN CALON PEMBELI DENGAN KATA-KATA"
Tata Tertib Berkomentar :
🔖 Berkomentarlah yang relevan sesuai topik.
🔖 Jika bermanfaat, sobat bisa bagikan juga ke teman-teman sobat melalui tombol media sosial di atas, karena berbagi itu indah, semoga jadi jalan kebaikan.