Karena Mengabaikan Orang Fakir !
Daftar isi [Tampil]
Ahmad bin Muhammad bin Husin al Jariri, atau lebih dikenal dengan nama kunyahnya saja Abu Muhammad al Jariri, adalah seorang ulama sufi yang tinggal di Baghdad. Ia hidup sezaman dengan tokoh sufi lainnya, Junaid al Baghdadi, bahkan menjadi sahabatnya. Ketika Junaid wafat, ia menduduki (menggantikan) maqam Junaid, yakni pemimpin atau sesepuh tokoh sufi lainnya pada masa itu.
Ketika masih dalam perjalanan pencarian (suluk, tarikat, mengaji hakikat dll), ia pernah mengalami suatu peristiwa yang tidak akan pernah terlupakan.
Suatu ketika setelah shalat ashar berlalu, seorang pemuda masuk ke masjid di lokasi pondok (thariqah) Abu Muhammad al Jariri belajar. Wajah pemuda itu tampak pucat dan rambut terurai tidak beraturan tanpa memakai tutup kepala (kopiah, serban atau sejenisnya). Ia berwudhu kemudian shalat sunnah dua rakaat, setelah itu ia duduk dengan meletakkan kepalanya di antara (di atas) lututnya dan tangan ditangkupkan. Saat maghrib tiba, ia berjamaah dengan mereka setelah itu duduk lagi seperti sebelumnya.
Tiba-tiba datang utusan Raja yang mengundang mereka untuk jamuan makan di tempat tinggalnya. Hal itu memang secara rutin dilakukan oleh sang Raja. Ketika teman-temannya berlalu untuk memenuhi undangan itu, ia sempat membangunkan sang pemuda dan berkata, “Apakah anda mau ikut bersama kami untuk makan-makan di tempat raja??”
Pemuda itu mengangkat kepalanya dan berkata, “Saya tidak ingin ke istana raja, tetapi kalau anda tidak berkeberatan, bawakanlah untukku asidah (suatu nama makanan) yang hangat!!”
Abu Muhammad mengabaikan permintaan pemuda itu. Dalam hati ia berkata, “Diajak baik-baik tidak mau, tetapi malah meminta dibawakan sesuatu!! Mungkin ia baru saja belajar tarikat dan belum mengetahui adab (tata krama, sopan santun) yang lazim berlaku!!”
Ketika malam agak larut, barulah mereka pulang dari istana raja dalam keadaan kenyang. Ketika memasuki masjid di pondokannya, Abu Muhammad melihat pemuda itu masih dalam posisi yang sama ketika ditinggalkannya, mungkin tertidur. Abu Muhammad duduk di sajadahnya, tetapi belum ia berdzikir, rasa kantuk menguasai dirinya dan ia jatuh tertidur.
Dalam tidurnya itu Abu Muhammad bermimpi, ia melihat suatu rombongan besar berlalu di hadapannya. Tiba-tiba ada seruan, “Itu adalah rombongan Rasulullah SAW beserta para Nabi dan Rasul!!”
Mendengar seruan itu, ia segera berlari ke arah depan rombongan dan menemui Rasulullah SAW. Ia mengucap salam, tetapi Nabi SAW berpaling dari dirinya tanpa menjawab salamnya. Beberapa kali ia mengulang salamnya tetapi masih saja beliau berpaling. Abu Muhammad jadi gemetar ketakutan, dengan tergagap ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah dosa saya sehingga engkau berpaling dari saya??”
Nabi SAW menatapnya dengan tajam dan berkata, “Seorang yang fakir dari umatku ingin sesuatu darimu, lalu engkau mengabaikannya!!”
Abu Muhammad tersentak kaget dan terbangun dari tidurnya. Segera saja ia teringat kepada pemuda yang meminta dibawakan asidah itu. Ia segera ke tempat pemuda itu, tetapi ternyata tidak ada siapapun di sana. Ia mendengar suara pintu dibuka, yang ternyata adalah pemuda itu yang hendak keluar masjid. Ia segera mendekatinya dan berkata, “Wahai pemuda, sabarlah barang sejenak. Aku akan segera menyiapkan untukmu, apa yang engkau inginkan!!”
Pemuda itu menoleh kepadanya dan berkata, “Jika seorang fakir menyampaikan keinginannya kepadamu, engkau tidak mau memenuhinya, kecuali setelah dimintakan oleh Nabi SAW dan seratus duapuluh empat ribu nabi-nabi lainnya. Kini aku tidak menghajatkan apa-apa lagi darimu!!”
Pemuda itu melangkah keluar, meninggalkannya dalam keadaan terpana dengan kaki terpaku di tanah. Setelah peristiwa itu, Abu Muhammad tidak pernah mengabaikan orang lain, sesepele dan sefakir apapun keadaannya, karena takut ia akan diabaikan oleh Rasulullah SAW di yaumul makhsyar kelak.
Tiba-tiba datang utusan Raja yang mengundang mereka untuk jamuan makan di tempat tinggalnya. Hal itu memang secara rutin dilakukan oleh sang Raja. Ketika teman-temannya berlalu untuk memenuhi undangan itu, ia sempat membangunkan sang pemuda dan berkata, “Apakah anda mau ikut bersama kami untuk makan-makan di tempat raja??”
Pemuda itu mengangkat kepalanya dan berkata, “Saya tidak ingin ke istana raja, tetapi kalau anda tidak berkeberatan, bawakanlah untukku asidah (suatu nama makanan) yang hangat!!”
Abu Muhammad mengabaikan permintaan pemuda itu. Dalam hati ia berkata, “Diajak baik-baik tidak mau, tetapi malah meminta dibawakan sesuatu!! Mungkin ia baru saja belajar tarikat dan belum mengetahui adab (tata krama, sopan santun) yang lazim berlaku!!”
Ketika malam agak larut, barulah mereka pulang dari istana raja dalam keadaan kenyang. Ketika memasuki masjid di pondokannya, Abu Muhammad melihat pemuda itu masih dalam posisi yang sama ketika ditinggalkannya, mungkin tertidur. Abu Muhammad duduk di sajadahnya, tetapi belum ia berdzikir, rasa kantuk menguasai dirinya dan ia jatuh tertidur.
Dalam tidurnya itu Abu Muhammad bermimpi, ia melihat suatu rombongan besar berlalu di hadapannya. Tiba-tiba ada seruan, “Itu adalah rombongan Rasulullah SAW beserta para Nabi dan Rasul!!”
Mendengar seruan itu, ia segera berlari ke arah depan rombongan dan menemui Rasulullah SAW. Ia mengucap salam, tetapi Nabi SAW berpaling dari dirinya tanpa menjawab salamnya. Beberapa kali ia mengulang salamnya tetapi masih saja beliau berpaling. Abu Muhammad jadi gemetar ketakutan, dengan tergagap ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah dosa saya sehingga engkau berpaling dari saya??”
Nabi SAW menatapnya dengan tajam dan berkata, “Seorang yang fakir dari umatku ingin sesuatu darimu, lalu engkau mengabaikannya!!”
Abu Muhammad tersentak kaget dan terbangun dari tidurnya. Segera saja ia teringat kepada pemuda yang meminta dibawakan asidah itu. Ia segera ke tempat pemuda itu, tetapi ternyata tidak ada siapapun di sana. Ia mendengar suara pintu dibuka, yang ternyata adalah pemuda itu yang hendak keluar masjid. Ia segera mendekatinya dan berkata, “Wahai pemuda, sabarlah barang sejenak. Aku akan segera menyiapkan untukmu, apa yang engkau inginkan!!”
Pemuda itu menoleh kepadanya dan berkata, “Jika seorang fakir menyampaikan keinginannya kepadamu, engkau tidak mau memenuhinya, kecuali setelah dimintakan oleh Nabi SAW dan seratus duapuluh empat ribu nabi-nabi lainnya. Kini aku tidak menghajatkan apa-apa lagi darimu!!”
Pemuda itu melangkah keluar, meninggalkannya dalam keadaan terpana dengan kaki terpaku di tanah. Setelah peristiwa itu, Abu Muhammad tidak pernah mengabaikan orang lain, sesepele dan sefakir apapun keadaannya, karena takut ia akan diabaikan oleh Rasulullah SAW di yaumul makhsyar kelak.
Posting Komentar untuk "Karena Mengabaikan Orang Fakir !"
Tata Tertib Berkomentar :
🔖 Berkomentarlah yang relevan sesuai topik.
🔖 Jika bermanfaat, sobat bisa bagikan juga ke teman-teman sobat melalui tombol media sosial di atas, karena berbagi itu indah, semoga jadi jalan kebaikan.